RUMAHKU INDONESIAKU


Anak dan Cucu Tn. Tgk. Arsyad Wali dan Ny. Safiyah

Dihari senin pertama di bulan Juni ini aku kembali kepada aktivitas biasanya. Tiba - tiba ada suara merdu Rizal Armada disampingku bertanya "emang apa aktivitas lu? " spontan lah ku jawab " mencari uang dan sebongkah berlian lah". Ternyata suara itu hanya imajinasi ku saja. Tiba dirumah sepulang kerja, langsung kurebahkan diri di kasur hanya sekedar melepas penat dan lelah.Ungkapan Home Sweet Home menggambarkan perasaan ku saat itu, betapa nyamannya aku berada dirumah. Memang, normalnya rumah adalah tempat ternyaman bagi banyak orang.

Tapi tidak semua seberuntung aku, yang bisa berkumpul dengan keluarga di rumah dengan cengengesan berkata My Home Is My Castle atau My Room, My Rules. Banyak sodara - sodara sebangsa dan setanah air dikota - kota sana yang masih meringkuk kedinginan dibawah kolong jembatan. Sungguh ironi apa yang alam kita punya bila dibandingkan dengan bagaimana masyarakat kita hidup di bawah garis kemiskinan. Negeri yang kita sebut rumah ini umur nya sudah hampir se abad masih belum mampu mensejahterakan rakyat nya.

Jika kita mau kembali kepada konstitusi kita yakni UUD 1945 kita dapat melihat betapa founding father kita sangat peduli dengan kesejahteraan bangsa ini. Hal itu terlihat dari Pasal 27 Ayat (2) "Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan." Bagaimana cara nya Negara dapat mewujudkan hal tersebut, itu sudah terjawab di Pasal 33 Ayat (3) "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat."

Jadi jika sekarang kau berkata kepadaku, lalu mengapa dengan Indonesia kita sekarang begini adanya, apa yang kau sampaikan itu cuma mimpi kosong yang tak ada habisnya cuma janji manis para penguasa. Aku hanya bisa setuju denganmu sambil mendendangkan lagu Iwan Fals yang lirik nya begini :

Segala produksi ada di sini
Menggoda kita untuk memiliki
Hari-hari kita berisi hasutan
Hingga kita tak tahu diri sendiri

Sampai kapan mimpi-mimpi itu kita beli
Sampai nanti sampai habis terjual harga diri
Sampai kapan harga-harga itu melambung tinggi
Sampai nanti sampai kita tak bisa bermimpi

Aku teringat wawancara Alm. Gusdur diacara Kick Andy Metro TV. Gusdur ditanya sama Bg Andy tentang siapa tokoh di Indonesia yang pantas memimpin Indonesia jika Gusdur tidak mencalonkan diri. Jawaban Gusdur yang aku masih teringat sampai sekarang adalah "lebih dulu tanyalah apa yang harus di perbuat bangsa kita. Bangsa kita ini bangsa paling kaya didunia kok jadi yang paling melarat sekarang. Itu karena korupsi dibiarkan tidak ditindak."

Aku hanya bisa termenung meresapi makna lagu Iwan Fals dan perkataan Gusdur itu. Bangsa kita yang mempunyai modal besar untuk bermimpi besar, akhirnya mimpi tersebut diluluh-lantakkan oleh pengelolaan negara ini yang penuh dengan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Akhirnya aku mengerti mengapa sampai sekarang masih ada sodara - sodara ku yang belum merasakan apa yang kurasakan yakni bisa pulang kerumah yang nyaman bersama keluargaku. Karena kekayaan bangsaku hanya dinikmati oleh sebagian kecil orang di Negriku ini untuk memuaskan nafsu birahi nya.

Indonesia ini jika di ibarat kan rumah, hanya teras, ruang tamu, dan ruang keluarganya saja yang bagus dipenuhi furnitur - furnitur mewah dan berkelas, namun dapur dan teras belakang dibiarkan tak terawat dan tak terurus.

Karena lelah dan penat memikirkan hal itu, akupun memejamkan mata dengan iringan suara merdu Lea Simanjuntak menyanyikan lagu Rayuan Pulau Kelapa yang liriknya sudah sangat kukenal Tanah airku Indonesia negeri elok amat kucinta, tanah airku aman dan makmur, pulau kelapa yang amat subur, pulau melati pujaan bangsa sejak dulu kala sampai akhirnya akupun terlelap dikasurku dan itu real bukan imajinasiku.

Wallahu a’lam bish-shawab.


EmoticonEmoticon

Arlina Design