KITA DAN HADIH MAJA


Jak bak laku linggang
Meupinggang beulaku ija 
Ngui beulaku tuboh 
Pajoh beulaku atra

Petuah warisan nenek moyang atau orang Aceh bilang "Indatu" yang lebih populer dengan istilah Hadih Maja. Sejak lama Hadih Maja telah menjadi pedoman bagi orang Aceh didalam menjalani kehidupan sosial didalam masyarakat. Hadih Maja secara istilah dapat diartikan sebagai perkataan atau peribahasa dalam kehidupan masyarakat Aceh yang mengandung unsur filosofis yang dipergunakan sebagai nasehat, peringatan, penjelasan, perumpamaan, bahkan sindiran halus sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan sosial masyarakat Aceh. 

Di dalam buku "Aceh di Mata Kolonialis jilid II" dikutip pendapat Snouck Hurgronje yang menyebutkan bahwa "Hadih Maja dipertahankan melalui tutur para orang tua, khususnya kaum perempuan sebagai penuturnya utamanya, diajarkan kepada anak-anak sebagai sarana pendidikan." Begitu penting nya Hadih Maja bagi kita orang Aceh sehingga sangat disayangkan kalau kita tidak mau mempelajari nya. 

Sepenggal Hadih Maja diatas mengingatkan kita sebagai orang Aceh harus pandai - pandai menempatkan diri. Hadih Maja diatas dapat dimaknai ketika melakukan sesuatu hal, kita harus melihat kadar kemampuan kita dan tidak perlu memaksakan diri jikalau kita memang tidak mampu untuk itu dan dalam menjalani kehidupan kita harus mampu menerima keadaan dengan sifat qana’ah

Insya Allah bathin kita akan selalu damai dan tentram dengan mensyukuri setiap rizki yang Allah SWT berikan kepada kita. Kita tidak perlu memaksakan kehendak pada diri kita sendiri untuk mengikuti life style diluar kemampuan finansial kita. Petuah bijak didalam Hadih Maja itu mulai dilupakan oleh orang - orang dizaman sekarang. 

Terkadang kita sering memaksakan kehendak pada diri kita sendiri untuk mengikuti gaya hidup yang tidak sesuai dengan pendapatan kita. Akhirnya kita dengan sukarela terjebak dengan kredit riba. Ketika sudah terjebak dengan riba kita baru sadar akan bahaya nya memaksakan kehendak kita untuk menuruti hawa nafsu semata. 

Pelajaran hidup didalam Hadih Maja hanya sekedar menjadi syair saja tanpa kita ikuti petuah nya. Bang Rafli Kande telah lama mengingatkan kita orang Aceh untuk tetap meungigat dan mengamalkan Hadih Maja dalam kehidupan kita seperti lagu beliau yang berjudul "Bungong Nanggroe" yang liriknya kurang lebih begini, mari kita dendangkan sambil membaca tulisan ini. 

"Wahee rakan lon, wahee rakan lon, hai bungong nanggroe 
Tajak beusampoe, tajak beusampoe, tajak beusampoe, beutroh ban pinta hai beutroh ban pinta 
Kaleuh geusurah, kaleuh geusurah lam Hadih Maja 
Di Raja Donya pane meu gantoe, di raja nanggroe yang meutuka tuka 
Buet ureung awai cit ka meu teuntee, geutanyoe mantong tarika rika 
Buet ureung awai cit ka meu teuntee, geutanyoe mantoeng tarika rika 
Wahee rakan lon, rakan lon sayang, boh hatee rakan boh hatee."

Semoga berfaedah, mari bersama - sama kita bermuhasabah diri dan menjadi orang yang tidak lupa dengan adat dan budaya dan ajaran Agama kita sendiri.
 
Wallahu a’lam bish-shawab.


EmoticonEmoticon

Arlina Design